[caption id="attachment_808" align="aligncenter" width="300"] makam 12 meter[/caption]
Jherat Lanjheng
Sebuah makam di Bawean menjadi istimewa karena panjangnya 12 meter. Buset..itu orang gedenya seberapa sampai makamnya segitu. Ternyata setelah dijelaskan pemandu lokal, makam itu konon sebagai simbol tempat pertumpahan darah dua pengawal Aji Saka saat menjalankan tugas. Dalam bahasa Bawean disebut jherat lanjheng atau makam panjang. Di kanan kiri makam berbatasan dengan pantai. Suasananya sepi khas pedesaan.
Alun-alun
Setiap berangkat dan pulang dari tempat wisata di Bawean kami selalu melewati alun-alun untuk mencapai penginapan. Saat pagi alun-alun yang tidak begitu besar ini sepi namun mulai sore banyak penjual sandang maupun papan di sekitarnya. Beberapa kali tempat ini difungsikan sebagai pusat kegiatan rakyat. Khusus malam tahun baru akan diselenggarakan parade budaya di alun-alun.
Baca juga: Akhirnyaaa ke Bawean
Kuliner dan Pakaian Melayu
Disamping pesona tempat wisata, keramahan penduduk Bawean membuat saya ingin kembali ke sana. Tanpa segan terhadap tamu antah berantah, mereka menawari kami makanan. Nasi gulung, serundeng ikan, pempek khas Bawean yang dibuat dari olahan ikan tengiri.
[caption id="attachment_805" align="aligncenter" width="300"] mari sarapan[/caption]
[caption id="attachment_807" align="aligncenter" width="300"] nasi gulung, serundeng, dan pempek[/caption]
Sambil menunggu mobil jemputan setelah dari Pulau Cina, kami beristirahat di rumah warga. Duduk di turung (gazebo) dalam keadaan basah dan lapar, kami ditawari mangga yang kebetulan memang sedang musimnya. Keesokannya saya ngobrol dengan keluarga yang sedang rekreasi ke Danau Kastoba. Rombongan 4 mobil itu sebagian warga Bawean yang sehari-harinya bekerja di Malaysia dan sedang berlibur. Pantas saja saya sering menjumpai ibu-ibu yang berpakaian seperti orang melayu. Kerudung yang dipakai khas Malaysia. Banyaknya penduduk asli Bawean yang menjadi TKI di Malaysia dan Singapura membawa pengaruh pada penampilan mereka sehari-hari.
[caption id="attachment_809" align="aligncenter" width="300"] Mampir ke Pasar[/caption]
Bawean dikenal sebagai endemik satwa rusa bawean. Ada lokasi penangkaran khusus yang baiknya didatangi saat pagi untuk melihat langsung jenis rusa ini. Sayangnya waktu trip yang singkat sehingga saya belum sempat ke penangkaran rusa bawean. Next trip yaa.
Baca juga: Bawean Edisi Basah
Tiga hari sudah saya dan rombongan menikmati Bawean. Saatnya kami kembali ke Pulau Jawa dan meneruskan aktivitas masing-masing (baca: mencari sesuap nasi dan segepok berlian buat biaya liburan, heheh). Kapal terguncang ombak membuat tidak nyaman. Saya berusaha memejamkan mata sambil berdo’a perjalanan ke Pelabuhan Gresik berlangsung lancar.
Wah jadi pengen nyicipin nasi serundeng ma pempeknya itu heuheu
ReplyDeleteEnaaak! apalagi dimakan sambil piknik pinggir sawah.
ReplyDeleteDuh seru bangeet liburan ke Bawean yaa..
ReplyDeleteSayang ya gk ketemu satwa endemiknya..
ReplyDeleteSaya juga pengen jumpa rusa-rusa baweannya..
Salam kenal
-Traveler Paruh Waktu
Berarti perlu balik lagi ke Bawean. Hehehe
ReplyDelete