Friday, November 8, 2013

Sepotong Surga di Sulawesi Tengah

Heaven on earth without spending thousands dollars? Visit Indonesia. Dana terbatas dan waktu yang singkat tak jadi masalah bila berkunjung ke Palu, Sulawesi Tengah.  Ada apa saja di sana?


Paragliding_Matantimali


Pagi yang cerah dan angin berhembus lembut, ini saat yang tepat untuk terbang dengan paralayang dari Desa Wayu yang terletak di ketinggian sekitar 800 meter dpl. Jalan yang berliku-liku dan menanjak membuat perjalanan menjadi semakin menantang. Wayu dapat dicapai menggunakan kendaraan pribadi, sebaiknya dengan pengemudi yang berpengalaman, atau menumpang mobil bak terbuka milik tim Maleo Paragliding. Yap, instruktur dari Maleo yang akan memandu selama melayang di udara. Sulawesi Tengah memiliki lokasi terbaik untuk paralayang di Indonesia. Pemandangan kota Palu dengan teluknya terhampar luas di depan mata. Paralayang, atau dalam bahasa Inggris disebut Paragliding, adalah olahraga terbang bebas menggunakan parasut dan memanfaatkan angin sebagai daya angkat. Untuk itu diperlukan lahan yang luas di ketinggian sebagai tempat take off. Waktu yang paling tepat untuk paralayang adalah saat musim kemarau. Untunglah di Palu ini lebih sering panas dibanding hujan. Cuaca ini mendukung untuk bermain paralayang.


Keamanan selalu menjadi nomor satu. Helm, harness, dan parasut harus terpasang dan berfungsi dengan baik. Tidak lupa parasut cadangan. Untuk yang tidak memiliki lisensi alias SIM terbang, bisa terbang tandem dengan instruktur. Sebelum terbang, instruktur akan memberikan pengarahan cara take off dan landing yang benar. Sebaiknya memakai sepatu kets untuk memudahkan saat lepas landas dan mendarat. Bawa kamera atau handycam untuk merekam panorama Palu dari ketinggian dan juga untuk self portrait dari udara. Lokasi pendaratan ada di lapangan Desa Porame. Saat mendarat, kaki terus bergerak seperti sedang berlari dan tetap rileks. Hal ini untuk meredam momentum sehingga badan seimbang. Bagaimana rasanya 10-20 menit terbang bebas seperti burung? Coba sendiri sensasinya.


Puas melayang di udara, kini saatnya bermain air di Donggala. Jalan Trans Palu - Donggala yang khas berkelok-kelok dengan pemandangan laut yang membiru membuat satu jam perjalanan tidak terasa. Hati-hati berkendara melewati perkampungan penduduk. Hewan ternak seperti ayam, kambing, dan sapi sering berkeliaran dan menyeberang dengan tiba-tiba. Di pinggir jalan Palu - Donggala, nelayan menggantung hasil tangkapan hari itu. Ada ikan dan cumi-cumi yang panjangnya bisa mencapai 30 cm fresh from the sea. Bila sedang berbuah, penduduk lokal menggelar dagangan di depan rumah seperti mangga, pisang, dan pepaya. Suatu bentuk pasar yang sangat tradisional. Donggala juga terkenal dengan kain tenunnya. Home industry kain tenun ada di jalan menuju Tanjung Karang. Corak yang khas dan alat tenun yang sederhana menjadikan kain tenun Donggala sebagai cinderamata yang sebaiknya tidak dilewatkan. Karena beli langsung dari produsennya, harga kain masih bisa ditawar dan jauh lebih murah dibanding yang dijual di toko-toko di Kota Palu.


tanjung karang donggala (1)Donggala yang dikenal dengan sebutan kota niaga memiliki potensi bisnis dari sumber daya alam hingga pariwisata. Untuk mengakomodasi perputaran uang masyarakatnya, didirikan BNI kantor layanan Donggala sejak 5 Juli 1994. Bagi wisatawan yang kekurangan uang tunai atau ingin membeli oleh-oleh khas Sulawesi Tengah dapat menarik uang tunai di ATM BNI KLN Donggala.


Tiba di Pantai Tanjung Karang, pasir putih dan air laut yang biru jernih telah menanti. Pantai ini terletak di Donggala, 34 km dari kota Palu. Bagi pecinta snorkeling dan diving, inilah surganya. Dengan ketinggian air setinggi pinggang saja mudah melihat ikan berenang di sekitar kaki. Sesuai namanya, Tanjung Karang memiliki koleksi terumbu karang yang begitu luas. Saat berenang jangan sampai menginjak terumbu karang karena biota ini sangat rapuh.


Pantai ini ramai dikunjungi wisatawan lokal terutama hari Minggu untuk snorkeling, berenang (dikenal dengan istilah “mandi laut”), atau sekedar duduk santai menikmati pemandangan laut sambil makan pisang goreng. Sedangkan sebagian besar wisatawan asing berkunjung untuk menyelam di beberapa spot yang harus dijangkau dengan kapal kecil.  Bagi Anda yang tertarik menyelam atau mengambil sertifikasi menyelam, Prince John Dive Resort menyediakan fasilitas tersebut. Inilah resort terbaik di Pantai Tanjung Karang. Pemiliknya seorang kebangsaan Jerman. Pengunjungnya juga sebagian besar turis asing. Ada harga, ada rupa. Tarifnya dalam Euro atau Dollar. Saat ini BNI sedang membangun kerjasama dengan resort ini untuk pemasangan mesin EDC sehingga memudahkan pengunjung dalam melakukan pembayaran. Berbeda dengan cottage yang dimiliki dan dikelola warga lokal. Sewa tempat untuk sehari atau menginap, tarifnya sekitar Rp 100.000,- hingga Rp 300.000,- dengan fasilitas kamar tidur dan kamar mandi dalam. Pengalaman saya menginap, listrik dan air tawar terbatas pada jam-jam tertentu.


tanjung karang donggala (9) Tempat ini berbeda dengan pantai-pantai di Bali yang dipenuhi toko dan tour and travel agent. Tanjung Karang masih perawan. Warga lokal mengelola seadanya, salah satunya dengan mendirikan tenda-tenda untuk berteduh yang disewakan dengan harga Rp 20.000,- hingga Rp 50.000,-, bergantung banyak tidaknya pengunjung. Tenda ini beralaskan tikar dan akan digulung kalau air laut pasang supaya tidak menggenangi tenda. Kacamata renang dan ban pelampung juga disewakan seharga Rp 10.000,-. Taksi wisata alias kapal dengan glass bottom tersedia bagi anda yang mau melihat keindahan laut tanpa perlu berbasah-basahan. Harga sewa kapal sekitar Rp 50.000,- dan dapat memuat 10 – 15 orang. Jangan segan untuk menawar.


Kegiatan favorit saya di sini yaitu snorkeling bersama White Dolphin, komunitas snorkeling dan free diving di Palu. Mengikuti schools of fish yang mondar-mandir bergerombol membuat lupa daratan. Berbekal kacamata renang dan sepatu katak, saya menemukan dunia bawah laut yang mempesona. Ikan badut, kuda laut, bintang laut, ikan kakak tua, kerapu macan yang berharga tinggi, hingga ular laut pernah saya temui di sini. Begitu tenang menyaksikan parade berbagai macam hewan laut. Saya sempat bertemu dengan ubur-ubur yang berenang santai di dekat saya. Feels like I’m watching jelly fish on SpongeBob cartoon. Bawalah biskuit atau remah-remah roti dalam plastik untuk makanan ikan. Mereka dengan senang hati berebut makanan tanpa merasa takut pada manusia.


*dimuat dalam Majalah Sinergi 46 (internal magazine of BNI) tahun 2013*


=====


NB:


Berangkat dari mau mengenalkan potensi wisata Indonesia (plus sifat yang suka pamer :p) jadilah saya mencoba menulis satu artikel tentang wisata di Sulawesi Tengah, khususnya daerah sekitar Sigi, Palu, dan Donggala untuk dikirim ke majalah internal kantor. Menunggu sekian waktu, alhamdulillah artikel saya dimuat (setelah edit sana-sini). Senang banget keindahan tempat saya bekerja (dan bermain) bisa diketahui banyak orang, meski scope-nya masih internal kantor.


Bahagianya triple loh, alhamdulillah alhamdulillah alhamdulillah!
Artikel newbie dimuat di majalah dan semoga dinikmati dan dimupengi para pembaca
Dapat honor pertama dari menulis! Yeaaay!
dan yang menakjubkan, diundang ikutan workshop jurnalis internal di Jakarta (hihi..maklum tinggal di luar jawa jadi norak)


alhamdulillah alhamdulillah alhamdulillah

34 comments:

  1. aq belum ditraktir hayooo... !!!! btw congrat ya kk. hahaha

    ReplyDelete
  2. sini..tak traktir pentol hot mas muji di vatulemo

    ReplyDelete
  3. Wah seru kayaknya tuh. Kapan2 maen ke sana ah :)

    ReplyDelete
  4. Gimana transportasi umum di Sulawesi Tengah? Mudah kah? Biasanya banyak tempat bagus tapi kalo sulit transportnya koq ya jadi agak males ;)

    ReplyDelete
  5. untuk sekitar kota Palu ada angkot (meski agak aneh karena ga ada rute, jadi nanya dulu ke sopir sebelum naik), taksi, ojek juga ada. Atau kalo mau sewa motorku, hehe..

    untuk antar kabupaten ada mobil travel gitu yg nyaman

    ReplyDelete
  6. Wah mantap kisah penulisannya sobat, sukses selalu ya...

    ReplyDelete
  7. terima kasih sudah mampir di foottrip

    ReplyDelete
  8. Landing Mulus di Pohon Kaktus | FootTripApril 6, 2016 at 6:42 PM

    […] jantung saya jadi tak karuan. Selama ini hanya jadi tim hore-hore bila ada tamu yang hendak mencoba paralayang. Pengalaman terbang pertama tandem dengan pilot sudah setahun yang lalu di Wayu, Sulteng. Memang […]

    ReplyDelete
  9. Satu-Satunya Artikel di Majalah | FootTripAugust 30, 2016 at 4:27 AM

    […] Mumpung tinggal di Palu, Sulawesi Tengah, saya eksplorasi berbagai tempat wisata yang masih alami. Dari gunung hingga laut, saya dan kawan-kawan jelajahi. Hingga akhirnya saya ingin mengabadikannya dalam satu cerita di majalah kantor, levelnya internal dulu karena belum percaya diri menulis untuk majalah umum.  Saya pun menceritakan dua wisata kesukaan saya di Sulawesi Tengah, yaitu bermain paralayang di Wayu dan snorkeling di Pantai Tanjung Karang. Cerita lengkapnya bisa dibaca di sini. […]

    ReplyDelete
  10. kapan yaa bisa travelling keliling Indonesia ;(

    ReplyDelete
  11. Seru mba, Sulawesi emang menyimpan sejuta potensi wisata. Ngebaca nama Donggala tuh saya selalu teringat salah kota di kotak permainan Monopoli hahaha.

    ReplyDelete
  12. Wow, bagus view nya.
    Pantainya bersih pulaak.
    Arg. Jadi pengin kesana.

    ReplyDelete
  13. Aku pun ingin. Nabung buat menjelajah satu persatu

    ReplyDelete
  14. Eh ada ya? Itu tempat asalnya Pasha Ungu.

    ReplyDelete
  15. Memang cakep tempatnya

    ReplyDelete
  16. Waaa.... selamat ya Mbak Helena. Memang keren artikelnya.

    Pantainya bagus sekali ya, dengan perahu-perahu yang menambah eksotis. Beda dengan tipe perahu di jepara yang tampak lebih kacau, warna-warni, dan berbendera partai. Hhahahaha

    ReplyDelete
  17. Akuuu pingin ke Palu gegara sering liat fotomu selama disana. Hiks

    ReplyDelete
  18. Pengen ke Sulawesi, aku.

    ReplyDelete
  19. Subhanallah, pemandangannya...
    Jd pengen ke sana,,,

    ReplyDelete
  20. Wah...selamat ya..tulisannya bisa dimuat di media cetak, ikut seneng, deh!
    Rasanya ingin sesekali bermain paralayang, tapi saya takut ketinggian hihihi...
    Kayaknya lebih memilih main di pantainya aja, apalagi pantainya masih bersih seperti itu, seru kayaknya snorkling sama dolpin :)

    ReplyDelete
  21. Hihihi kok ada bendera partai

    ReplyDelete
  22. Yuk ah ke sana lagi

    ReplyDelete
  23. Ayooo main ke sana

    ReplyDelete
  24. Aslinya lebih subhanallah Allahuakbar. Cakep banget pemandangan alamnya

    ReplyDelete
  25. Iya. Mantan anak pantai, hehe

    ReplyDelete
  26. Gunung dan pantai di Sulteng sama asiknya mba :)

    ReplyDelete
  27. aku mupeng buat nyobain paralayangnya mbak. Tapi ya itu, blum punya keahlian dan takut pobia ketinggian. hueheee

    ReplyDelete
  28. Tinggal duduk manis aja. Kan pilotnya yang nyetir. Santai banget di atas

    ReplyDelete
  29. Aaaahh bacanya seru banget, jadi mupeng deh pengen kesana juga nyobain olahraga ekstremnya.

    ReplyDelete
  30. Ini salah satu destinasi yang wajib dikunjungi, tapi bukan untuk nyobain paralayang hihi soalnya aku pobia ketinggian..

    ReplyDelete
  31. Kalau gitu snorkeling ketemu ikan ikan cantik aja

    ReplyDelete
  32. Semoga nanti bisa jalan2 kesana..mupeng

    ReplyDelete

Mengurus Perpanjangan SIM di Gerai SIM Mal Artha Gading Cuma 15 Menit

Mengurus Perpanjangan SIM di Gerai SIM Mal Artha Gading Cuma 15 Menit Bulan September ini masa berlaku SIM A & C saya habis. Itu artin...