Sebuah artikel saya yang dimuat di majalah lokal mengantarkan saya ke workshop menulis. Salah satu materinya yaitu membuat liputan mengenai bangunan tua di dalam Superblock Green Central City Jakarta. Jika anda melewati jalan Gajah Mada, tepatnya di area Hotel Novotel, perhatikan dengan seksama di antara Novotel dan 7-11 terdapat bangunan peninggalan Tionghoa di era Batavia.
[caption id="attachment_633" align="aligncenter" width="412"]
Itulah Candra Naya. Arsitektur Tionghoa begitu kental dari bentuk pintu dan jendela besar, atap tinggi, hingga interior di dalamnya yang penuh ukiran serta kaligrafi. Bangunan sejak abad ke-18 ini awalnya dimiliki oleh saudagar asal Tegal bernama Khouw Tjun. Nama Candra Naya sendiri berawal dari perkumpulan Tionghoa korban perang dan perkumpulan Sin Ming Hui (perhimpunan sinar baru) pada Januari 1946. Tahun 1965 nama tersebut berubah menjadi Candra Naya. Selain sebagai perkumpulan korban perang, tempat ini sempat digunakan untuk poliklinik cikal bakal RS Sumber Waras. Tak hanya itu, bagi pecinta fotografi Candra Naya merupakan komunitas fotografi tertua di Jakarta.
[caption id="attachment_636" align="aligncenter" width="369"]
Menurut Djulianto Susantio (arkeolog) pada sejarahkita.blogspot.com, Mei 2007 gedung Candra Naya tidak terurus, atapnya pecah, tembok kotor dan berlumut, serta kayunya lapuk. Kini cagar budaya ini telah dipugar menjadi lebih layak. Bahkan Candra Naya tidak dirobohkan untuk pembangunan tol maupun hotel.
[caption id="attachment_635" align="aligncenter" width="394"]
Wow! baru tahu ada Candra Naya, kapan2 kalau ke jakarta lagi mampir ah, interesting!
ReplyDeleteiya tempatnya nyempil ketutup hotel
ReplyDelete