Selamat tahun baru 2019! Mengawali trip di tahun yang baru ini, #MyfoottripMain ke Museum Maritim Indonesia alias Indonesia Maritime Museum di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Seru banget di sana SID menjadi nahkoda kapal juga main ski air.
[caption id="attachment_806" align="aligncenter" width="448"] naik kapal ke Bawean[/caption]
Katanya nenek moyangku seorang pelaut tetapi naik kapal besar sangat jarang kami lakukan. Rekor masih dipegang Ayah SID yang naik kapal dari pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya ke Tanjung Priok, Jakarta. Menurut beliau, rasanya manusia itu kecil … begitu mengarungi laut. Pemandangan di sana sini hanya air. Bagaimana jika enggak bisa merapat ke dermaga?
Kalau saya pernahnya naik kapal dari Banyuwangi ke Bali atau menyeberang ke Madura sebelum ada jembatan Suramadu. Oh ya, yang agak lama waktu main ke pulau Bawean. Berangkatnya happy, pulangnya kena gelombang jadi ya lumayan membuat mual. Bagaimana pengalamanmu naik kapal?
Museum Maritim Indonesia / Indonesia Maritime Museum
Ini kali kedua saya ke pelabuhan Tanjung Priok. Tahun lalu kami sekeluarga ke pelabuhan penumpang bukan untuk berlayar tetapi naik ke kapal Greenpeace yang sedang merapat. Di sana kami mengulik isi kapal gerakan cinta lingkungan yang sudah keliling dunia ini.
[caption id="" align="aligncenter" width="522"] Sejak 5000 tahun yang lalu bangsa Cina telah bermigrasi ke kepulauan di Indonesia dan Australia[/caption]
Kedua kalinya masuk ke Tanjung Priok, saya masih norak melihat tumpukan peti kemas yang berwarna-warni. Saking terpukaunya sampai lupa mengecek peta. Barulah ketika abang ojek nyasar masuk ke gang sempit, saya mencari di Maps letak Indonesia Maritime Museum. Lho, kelewatan!
Saya mengikuti arahan Google Maps hingga sampai di depan kantor Indonesia Port Corporation (IPC) alias Pelabuhan Indonesia (Pelindo). Kok enggak ada tulisan museum? Setelah bertanya ke satpam, ternyata benar gedung putih di depan kantor IPC adalah Museum Maritim Indonesia. Memang belum ada signage di gedung yang menyebutkan tempat tersebut museum, masih baru kali ya.
Yep, Indonesia Maritime Museum Tanjung Priokbaru soft opening Desember 2018 lalu. Rencananya Mei atau Juni 2019 gitu grand openingnya. Meski demikian, boleh saja kok berkunjung, mumpung tiket masuk Museum Maritim Indonesia masih gratis.
Belajar Sejarah dan Geografi di Museum Maritim Indonesia
Ruang pamer museum dibagi menjadi dua, sebelah kanan dan kiri. Bagian kanan berisi sejarah kerajaan-kerajaan di Indonesia dari kerajaan Sriwijaya, Majapahit, Mataram, hingga Demak. Berbagai komoditas dagang khas tiap kerajaan dipamerkan di sana.
[caption id="" align="aligncenter" width="640"] Alat navigasi yang membantu pelayaran[/caption]
Indonesia sangat menarik dan kaya. Zaman dahulu gading gajah, badak, hingga bulu merak menjadi komoditas. Sekarang gading begini udah langka, ya. Awas aja nih kalau masih memburu.
Selain itu, Indonesia sangat kaya akan rempah-rempah. Siapapun penjajahnya, yang diincar tetaplah rempah-rempah. Di Museum Maritim dijelaskan Vereenigde Oost-indische Compagnie alias VOC dari Belanda meraup untung 10 juta gulden setiap dekade. Selama 48 tahun VOC berhasil membawa nilai barang dan komoditas sekitar 150 juta gulden dari Asia (termasuk Batavia) ke Belanda. Kekuatan armada dagang Belanda tersebut akhirnya runtuh karena korupsi dan perang melawan Inggris. (Janganlah serakah, wahai penjajah!)
Baca juga: Berpetualang di Jakarta, Kota Ramah Anak
Satu hal yang menarik di bagian ini yaitu diorama Ruang Gudang VOC di abad 17 dan 18. Ruang dengan pencahayaan temaram (ceritanya pakai lampu minyak) berisi berbagai rempah-rempah yang dapat dipegang. Berhubung ke sini bareng anak balita, waktunya sensory play. He he … SID bisa memegang dan mencium aroma rempah yang berbeda tiap jenisnya. Ternyata rempah-rempah itu buanyak macamnya! Merica, ketumbar, pala, lada hitam, lada putih, jinten putih, dan jinten hitam sudah familiar, ya. Ada pula kemukus (baru tahu lho ini tuh nama rempah), klabet, andaliman, angkak, adas manis, hingga kayu-kayuan yang bentuknya melintir juga rempah-rempah.
[caption id="" align="aligncenter" width="720"] Di dalam diorama gudang VOC[/caption]
Menjadi Nahkoda di Museum Maritim Indonesia
Berbeda dengan sisi kanan, sisi kiri museum menceritakan IPC dan pelabuhan-pelabuhan di Indonesia. Dulu, saya tahunya hanya Tanjung Perak dan Tanjung Priok. Setelah mengunjungi museum maritim, jadi tahu ada pelabuhan Emmahaven di Sumatera Barat. Pelabuhan ini awalnya untuk mendukung tambang batu bara Ombilin. Jadi terintegrasi antara tambang batu bara, jalur kereta api, hingga ke pelabuhan.
[caption id="" align="aligncenter" width="720"] Bergantian menjadi nahkoda kapal[/caption]
Pelabuhan tak hanya berfungsi sebagai jalur transportasi maupun distribusi perdagangan. Pelabuhan pun menjadi tempat pertahanan suatu negara. Tahu, kan, penjajah dulu tuh masuknya ya lewat jalur laut. Kalau enggak dijaga, mereka bebas masuk ke negara kita. Terima kasih pada TNI yang menjaga perbatasan perairan Indonesia.
Baca juga: Tempat Fitness Gratis di Jakarta
Di bagian ini, SID betah banget sampai susah diajak pulang. Tak lain tak bukan karena ada tempat simulasi bak dalam kapal. SID membayangkan ia menjadi nahkoda kapal yang memutar kemudi, ke kanan dan ke kiri. Ruang simulasi tampak nyata dengan layar di sekeliling yang menampilkan sibuknya pelabuhan. “Awas … di depan ada kapal!” teriak saya.
[caption id="" align="aligncenter" width="720"] Main ski air[/caption]
Selain itu, SID tertarik mencoba jadi atlet ski air, meski sebelumnya ia tidak tahu cabor tersebut. Satu spot foto instagrammable di sini dengan latar orang bermain ski air ditarik speedboat membuat ia berimajinasi menaiki ombak. Seru, ya! Sayangnya lampu di bagian ini temaram sehingga perlu mencari pencahayaan terbaik.
Menonton Film Serasa di Bioskop Pribadi
Menjelang pukul 11 siang, seorang petugas museum memberi tahu sebentar lagi waktunya menonton film. Ruang bioskop mini terletak di lantai 2 yang dapat diakses melalui tangga utama maupun lift.
[caption id="" align="aligncenter" width="720"] Di dalam bioskop[/caption]
Saat itu hanya ada 4 keluarga yang menonton sehingga menonton film serasa di bioskop pribadi. Film yang ditayangkan seputar sejarah Indonesia dan perusahaan IPC.
Anak-anak kurang tertarik menonton film, mereka lebih suka berlarian di dalam bioskop. Saya menonton sambil membuka memori pelajaran sejarah tentang kemerdekaan RI.
[caption id="" align="aligncenter" width="720"] Maket pelabuhan Tanjung Priok di lantai 2[/caption]
Di dekat ruang bioskop ini (atau disebut auditorium?) terdapat mushola dan toilet. Kalau di lantai 1 toiletnya hanya 1 bilik, di lantai 2 toilet terdiri dari 3 bilik. Toiletnya bersih tetapi airnya kurang jernih. Mungkinkah efek dekat laut? Tapi syukurlah saat berwudhu airnya tidak asin.
Baca juga: Belajar Biologi di Museum IMERI FKUI
Transportasi Menuju Museum Maritim Indonesia
Museum Maritim Indonesia terletak di dalam area pelabuhan. Dari stasiun Tanjung Priok atau halte busway Tanjung Priok dapat melanjutkan perjalanan dengan naik ojek/taksi menuju gedung IPC. Ikuti saja petunjuk Maps ke “Indonesia Maritime Museum”.
[caption id="" align="aligncenter" width="720"] Gedung putih di belakang IPC ini Museum Maritim Indonesia[/caption]
Oh ya, awas tertukar dengan Jakarta Maritime Museum alias Museum Bahari di dekat Kota Tua. Indonesia Maritime Museum berada di Tanjung Priok.
Buat yang naik bus Transjakarta dapat juga turun di halte busway Enggano (sebelum Tanjung Priok) kemudian lanjut taksi/ojek.
[caption id="" align="aligncenter" width="720"] Simpan tas di loker, ya[/caption]
FYI, di kantor IPC tidak terdapat kantin karena pegawai mendapat catering. Maka, kami makan siang di kantin Bea Cukai, tepat di samping gedung IPC. Pilihan makanannya banyak dan harganya standar lah.
Museum Maritim Indonesia
Jl. Raya Pelabuhan No. 9, Tj. Priok, Jakarta Utara, DKI Jakarta
Buka Selasa – Minggu pukul 09.00 – 17.00 WIB
HTM (masih) gratis
Pemutaran film pukul 11.00 – 12.00 WIB dan 14.00 – 15.00 WIB
Wah, ngomongin soal naik kapal saya juga minim pengalaman, baru 2 kali PP dari Banyuwangi ke Bali, dan dari merak ke Lampung itungannya 4 kali jalan. Hehehe
ReplyDeleteWisata museum emang ngasih banyak sekali edukasi ya Mak? Sayangnya, wisata museum masih belum banyak menyerap pengunjung. Dari foto dan ceritanya kayaknya museum ini keren banget, banyak spot foto yg cakep bisa menarik wisatawan. Seandainya dekat pasti saya sudah melipir kesana, kepengen juga ngerasain jadi nakhoda, nonton di bioskop. Mudah-mudahan ada kesempatan suatu saat menjelajah kesana, aamiin.
Salam
Waaaa, museumnya menarik sekali mbak. Apalagi masih baru gitu, pasti alat2nya dan wahananya masih berfungsi semua. Biasanya kan kalau di museum yang lama alat-alat peraganya suka rusak hehe. Semoga suatu saat bisa main ke sini ah.
ReplyDeleteDi Jogja tu kalau nggak salah juga ada museum maritim, tapi kecil banget tempatnya dan nggak begitu populer. Kalah tenar sama Museum Dirgantara.
Wah museumnya menarik sekali nih mbak, apalagi masih baru juga ya. Alat-alat peraganya mesti masih bagus-bagus dan berfungsi semua. Karena biasanya museum kalau sudah lama alat peraganya sering rusak dan nggak diperbaiki. Semoga suatu saat bisa main ke tempat ini.
ReplyDeleteNgomong-omong di Jogja sebenarnya juga ada Museum Maritim lho, tapi tempatnya sempit dan kecil serta enggak populer. Kalah tenar jika dibandingkan dengan Museum Dirgantara Mandala yang isinya pesawat.
Wah baru tau ada museum maritim, aku juga jarang naik kapal, rasanya dagdig dugder
ReplyDeleteBaca ini serasa ikut menjelajah museum Maritim nya mba sayang yah jauh dari tempat ku tinggal but i wish someday bisa mengunjungi museumnya yang mengandung nilai history thanks kak ulasannya
ReplyDeleteBerbicara tentang rempah-rempah pikiran saya pun kembali ke materi sejarah ketika VOC datang dan memonopoli perdangan.
ReplyDeleteBangsa kita memang sangat kaya, dari rempah-rempah saja banyak jenisnya, bahkan saya tak paham semuanya.
Anak-anak kalau nonton film yg berkaitan dg sejarah pastinya jenuh ya.. Karena mereka belum paham akan sejarah, nanti kalau udah tahu, malah bisa jadi suka banget sama film-film yg mengisahkan zaman dulu.
Wowww.. Tiketnya masih free? Kalau dekat rumah bisa jadi saya tiap minggu ke situ. Hihihi
Dan aku belum pernah kesini loh, jadi kepengen ngajak anakku kesini mumpung masih libur ini anaknya. Pasti dia suka banget nih kalau dibawa kesini, apalagi lihat maket yang suka menyita perhatiannya.
ReplyDeleteWah, seru nih. Anak-anakku kayaknya bakal suka diajak ke sini. Mereka suka banget lihat perahu dan laut2. Soalnya pada belom tahu laut. Maklum anak gunung. Noted deh, Buka tiap hari kecuali Senin. Mumpung HTM masih gratis. :D
ReplyDeleteHai Mbak Lina,
ReplyDeletesaya pun naik kapal masih jarak dekat aja seperti Banyuwangi - Bali. Silakan mampir ke Museum Maritim Indonesia kalau ke Jakarta :)
Ini masih soft opening. Yes, alat peraga baru tetapi ada beberapa spot yang perlu diperbaiki.
ReplyDeleteEh iya ya di Jogja ada juga? pernahnya ke Museum Dirgantara zaman SMP.
hihihi, iya ya mbak. Padahal Indonesia itu negara maritim, lho.
ReplyDeleteYuk yuk, silakan mampir ke Jakarta
ReplyDeleteVOC cukup banyak di sini karena mereka memang mengeruk kekayaan rempah di Batavia. Tapi, yasudahlah mereka udah menuai akibat keserakahan sendiri. Kita belajar dari masa lalu.
ReplyDeleteWow, tiap minggu ya ke museum. Makin khatam dong :D
hayuklah kita ke sini (lagi). Mas Kelvin kayaknya senang tuh. Banyak maket.
ReplyDeleteBakal terpukau dengan tumpukan peti kemas dan kapal-kapal. Hehehe
ReplyDeleteSelamat berlibur!
Bakalan seru nih kalau anakku diajakin kemari. Agendakan aaaah. Thanks informasinya yaaa, jd ga sabar pengen kesana.
ReplyDeleteAsik banget, anak-anak pasti senang, bisa belajar jadi nahkoda kapal. Pengen deh ajak anak lanang main ke tempat menarik satu ini....
ReplyDeleteini pasti bakalan seru banget kalau kesini nih, kebetulan anak saya suka sama dunia maritim juga ini, jadi pengen ajakin anak ke museum Maritim Indonesia
ReplyDeleteOw jadi ini baru ya? Museumnya jadi satu sama kantornya IPC? Dibuka untuk umum kah?
ReplyDeleteKalo di Surabaya yg berhubungan sama kemaritiman saya pernah ke Monumen dan Museum Jalesveva Jayamahe, cuma kan ini gak dibuka untuk umum ya. Sama Monumen Kapal Selam.
Aku juga naik kapal cuma nyebrang ke Lampung saja, belum pernah naik kapal besar gitu berhari-hari, ya karena itu tadi takut goyang-goyang :)
ReplyDeleteWah bawa anak ke sini asyik ya..jalan2, refreshing..tapi ada nilai edukasi .membuka wawasan tentang sejarah Indonesia...
ReplyDeleteSangat menarik..
wah seru banget nih ajakin Darell ke sini buat ngenalin sejarah maritim Indonesia.
ReplyDeletePadat pengetahuan sehingga recommended bingits untuk kita kunjungi bersama keluarga . . .
ReplyDeleteWishlist saya nih
ReplyDeleteReview lengkap ini bisa kami jadikan rujukan agar suatu ketika bisa berkunjung ke sini.
ReplyDeleteSERUUU banget nih, karena emang Nenek Moyangkuuu orang pelautttt
ReplyDeleteAnakku bakalan seneng banget nih kalau diajakin ke Museum Maritim ini. Dia suka banget dengan berbagai jenis transportasi. Kalau lihat kapal dia seneng banget. Selain itu bisa sekaligus belajar sejarah maritim Indonesia ya.
ReplyDeletePengalaman naik kapal yang paling saya ingat adalah waktu nyebrang Batam - Singapore. Berangkatnya pakai kalap besar, rasanya lumayan nyaman. Tetapi, pas balik pakai kapal kecil, langsung mabok laut hahaha.
ReplyDeleteItu bioskopnya kelihatan nyaman. Bisa nonton sambil tidur-tiduran :D
Serunya kalau Salfa saya ajak kesini
ReplyDeleteBakalan ngigau terus minta ketemu Popeye, Baby Shark atau Spongebob haha. Soalnya kalau lihat laut keinget itu.
Wah baru tahu ada museum maritim...mau akh kapan2 ngajak anak2 k sini
ReplyDeletewalag malah baru tau ada museum itu... ckckck saya kudet
ReplyDeletewaktu tinggal dijakarta cuman main ke kotalama doank
kayaknya seru itu, perlu dijadwalken kalo pas ke jekate
Ada museum baru! Saya belum pernah ke sini nih. Sebagai pecinta museum, saya harus atur waktu kemari. Terima kasih infonya!
ReplyDeleteSenengnya SID, Tante ikoot donk, baru sekali naik kapal nih. Belom pernah jalan-jalan ke Museum Maritim Indonesia, mauu kapan2 diajaaak..
ReplyDeleteAsik ya bisa main ke museum maritim. Kalo anak-anakku paling seneng kalo pas ada kapal perang dari luar negeri mampir ke Semarang, pasti banyak yang datang buat nonton dan berinteraksi dg tentara2 asing
ReplyDeleteAku lupa nih dulu tinggal di Jakarta Barat rasanya udah ke sini tapi belum selengkap sekarang ya. Galgok sama pic di dalam bioskop nih hahaha berasa nyaman itu
ReplyDeleteSebagai traveler yg suka sejarah. Kayaknya harus menyempatkan waktu kesana
ReplyDeleteKetika anak pertama dulu.. rutin banget aku ajak ke musium, sejak anak kedua ini entah kenapa musium jarang menjadi tempat destinasi aku untuk ajak anak belajar tentang sejarah huhu.. mau juga menggiatkan kembali wisata musium untuk anak-anak, sehingga semakin mencintai sejarah dan juga mengenal berbagai macam musium yang ada di indonesia
ReplyDeletewahhh seumur-umur saya belum pernah naik kapal gedeee... hihihi
ReplyDeleteWah pasti seru ke museum, jln2 smbl bljar. Apalgi gratis
ReplyDeleteSerunya! Aku belum pernah main ke Museum Maritim!
ReplyDeleteSenang banget pasti SID di ajak ke musium maritim sama mama nya. Next aku juga mau ajak abank al kesini biar dia kenal sejarah tentang maritim.
ReplyDeleteSebab Pala yang tumbuh di Maluku, bikin VOC datang dan berbondong2 bawa pasukannya, nggak cuma Belanda kan akhirnya bangsa Eropa jg ikutan2 datang yg bikin lintas air jd terbuka,
ReplyDeleteKapan2 main ah ke sini Naqib pasti seneng
Belum pernah ke museum ini, kalau bawa anak kesini liburan kemarin pasti seneng banget nih. Cuman bingung kalau pergi bertiga hehe.
ReplyDeleteWahh keren sudah ada museum maritim.. kapan2 pengen ngajak Al main ke museum biar tahu sejarah..
ReplyDeleteSaya belum pernah ke sini.. harus ke sini deh biar tau sejarah kelautan kita.. HTM nya gratis pun
ReplyDeleteBakalan masuk travel list nih museum maritim, thanks kak ulasannya :D
ReplyDeleteKereenn, ga nyangka ada Museum sekeren ini. Harus banget ke Museum Maritim ini
ReplyDeletebudget 5 juta cukup gak ya pergi kesana
ReplyDeleteBerarti menyeberang dari Pelabuhan Jangkar ke Madura?
ReplyDeletePelabuhan Jangkar adalah area Kab Situbondo. Dan itu adalah rute tercepat menuju Madura daripada harus muter lewat Surabaya.
[…] Baca juga: Museum Maritim Jakarta […]
ReplyDelete