Thursday, July 11, 2013

Lombok – Wisata Internasional, Cita Rasa Lokal (day 1)

Daerah seribu masjid dan seribu pantai ini menjadi one of top destinations yang penasaran aku datangi. Katanya pantai-pantainya lebih sepi dan ga kalah cantik dibanding Bali, pulau sebelahnya. Inilah Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat yang sempat aku kunjungi bersama dua kawan yang baru keluar dari hutan. Pancaran kebahagiaan tampak dari wajah mereka yang terlalu lama banting tulang dalam hutan di Borneo saat melihat pantai pantai dan pantai. Saya pun ikutan kepo dan katro meski tinggal di dataran rendah dan sering ketemu pantai. Sampai tulisan ini dibuat pun terbayang-bayang pemandangan di Lombok.




[caption id="attachment_351" align="aligncenter" width="480"]Lombok_Indonesia_Beutiful Oh Joyful Lombok, Indonesia[/caption]

LOP atau Lombok Praya atau Bandara Internasional Lombok (BIL) di Lombok Timur sangat unik. Ini kan bandara internasional, bangunannya baru (sebelumnya bandara di lombok barat daerah Mataram), namun tidak banyak tenants yang menjual berbagai produk layaknya di bandara (sebut saja: mahal). Kalau mau makan, ada warung-warung di bagian barat yang menjual nasi campur, bakso, dan makanan khas Indonesia. Saat itu di tengah teriknya matahari, serombongan orang berdiri di pinggir pagar pemisah untuk melihat pesawat landing dan take off. Di tempat parkir mobil pun ada lapak-lapak yang digelar penduduk untuk berjualan makanan maupun souvenir. Para penjemput duduk di lantai. Sebagian besar memakai sarung dan topi lebar petani.




[caption id="" align="aligncenter" width="251"]Lombok_Airport Lombok International Airport[/caption]

Kedatangan di Lombok sudah disambut hal unik di bandara. Sekarang mari menjelajah pantai demi pantai. Bermodalkan motor sewa, peta pinjam, dan GPS kami menuju Pantai Kuta. Sebenarnya agak absurd mana ini yang dibilang pantai Kuta? Apakah sangat panjang garis pantainya? Karena kami ke 2 spot dan penduduk di sana bilang ini Kuta. So which one is correct? Warna airnya begitu mempesona. Ada batu-batu besar di pinggir pantai.


Baca juga: Lombok Day 2


Iseng ikuti jalan, kami sampai di Pantai Putri Nyale yang letaknya tersembunyi di dekat Novotel Lombok. Sepi, hanya kami bertiga dan dua anak kecil yang menawarkan kelapa muda. Pasirnya seperti bulir merica. Kalau ada festival nyale, tempat ini ramai dikunjungi. Ada patung 2 pemuda dan seorang putri yaitu Putri Nyale. Konon putri ini menceburkan diri ke laut diikuti kedua pemuda yang jatuh cinta padanya. Dari laut muncul semacam cacing kecil disebut nyale yang dipercaya membawa keberkahan.


Sepanjang perjalanan tak henti-hentinya bersyukur kepada Allah. Pantai, gunung, sawah, kerbau (iya banyaaak banget kerbau) menghiasi Lombok. Jarak pantai-pantai yang kami kunjungi pun berdekatan, jadi dalam sehari bisa ke banyak tempat. Kami pun menuju Pantai Seger. Bersantai di sini, di bawah tempat duduk sederhana dg rumbai-rumbai jerami, ternyata bahagia itu sederhana. Setelah membeli minuman, kami ke Pantai Tanjung Aan. Di sini kami ditawari untuk naik kapal ke Pulau Batu Payung, lokasi syuting iklan rokok dengan biaya Rp 100ribu. Malas menawar, kamipun memilih foto-foto di sekitar pantai. Eh mas perahunya nawarin Rp 50ribu saja, mungkin karena saat itu sepi. Okelah kami menuju Batu Payung dan err...ga bisa merapat karena air surut. Kami berbelok ke Batu Kotak dan foto-foto di sana. Saat kembali ke Tanjung Aan, mas perahu dimarahi temannya karena terlalu lama sehingga kehilangan pelanggan. Heuu..ya maaf mas.




[caption id="" align="aligncenter" width="295"]Sade_Sasak_Lombok Wisata Pantai Hingga Budaya Suku Sasak di Desa Sade[/caption]

Menjelang sore, kami bergegas kembali ke Mataram. Gosipnya daerah Lombok Tengah rawan setelah maghrib, rawan pencuri. Melewati Desa Sade yang dihuni Suku Sasak, sayang dilewatkan. Mampir dulu lah.. setelah solat di surau dalam desa tersebut, kami dipandu warga lokal berkeliling di desa tsb. Rumah adatnya unik karena lantainya dipel/dilapisi dg kotoran kerbau. Supaya ga bau, kotoran ini dipilih yang masih baru. Menurut adat, hal ini untuk menyucikan lantai. Kalau pernikahan, calon mempelai laki-laki harus menculik calon mempelai perempuan di rumahnya. Menculik di sini pun sudah janjian, adatnya memang demikian. Rumahnya tidak luas dan sangat sederhana. Peralatan dapurnya pun sebagian dari tanah liat. Minim ada alat elektronik di dalamnya. Yang khas dari Suku Sasak adalah atap rumah yang menggelembung. Sebenarnya itu lumbung padi. Jadi padi disimpan di lumbung yang letaknya tinggi. Kain tenun dg alat sederhana pun dapat dijumpai. Para wanita harus belajar menenun, kalau belum bisa maka belum boleh menikah.




[caption id="" align="aligncenter" width="257"]sate_rembiga_lombok (2) Nikmatnya Sate Rembiga[/caption]

Ini pertama kalinya kami ke Lombok. Syukurlah jalanan di Lombok ini, terutama jalan utamanya hanya 1 lurus-lurus aja dan beraspal jadi nyaman buat kami para newbie. Sampai Mataram kami menuju kantornya teman, pas nih sudah jam pulang. Tampang kusut, belum mandi, bawaan segambreng, menunggu di parkiran. Untunglah ga diusir satpam. Selepas solat maghrib, kami wisata kuliner ke sate rembiga di jalan rembiga. Sate di sini bedanya bumbunya itu menempel dan meresap ke daging. Antara lapar dan enak, sate pun cepat habis. Lontong di sini berbentuk kerucut, disebut dg bulayak. rejeki memang tak diduga, kami ditraktir oleh teman saya yang besar dan baik hati, heheh peace Nar! Semoga makin banyak rejekimu karena traktir kami para musafir.


Baca juga: Lombok Day 3


We need home to stay at night, to recharge our mind and body, so we chose Sonya Home Stay. Cozy and cheap, Rp 80.000,-/day including breakfast a la bule. Lokasinya di daerah Senggigi, seberah kiri jalan dari arah Mataram. Tempatnya ke dalam jadi harus jeli kalau mau cari Sonya. Kasur cukup untuk 2 orang, kamar mandi dalam, ada rental motor, peta, dan paket tur. Good night everybody, good night Lombok and beaches, good night you.

19 comments:

  1. poto mana poto? udah lama ga maen kesana.

    ReplyDelete
  2. updated :D cekidot

    ReplyDelete
  3. Liat foto yang gadis nenun itu, keinget cerita teman di blognya.. kabarnya kalo gadis disana dilarang menikah kalo nggak bisa nenun :D Unik!

    ReplyDelete
  4. Bibip bagus ulasannya,tulisannya makin hari makin bagus :D ditunggu review kota2 selanjutnya

    ReplyDelete
  5. betuuul...harus bisa menenun dulu dan kami cuma bengong

    ReplyDelete
  6. alhamdulillah, thank you vilma :)

    ReplyDelete
  7. nyobain nenun juga nggak len?

    ReplyDelete
  8. gak mbak, dari tampang aja udah ga mendukung bakal sukses, yang ada nanti rusakin tenunan

    ReplyDelete
  9. yg jelas bandaranya berubah ya. dulu bandaranya beda tipis sama yg di Palu. wkwkwk

    ReplyDelete
  10. Hehehe.. temenku sempet nyobain, meski sebentar, tapi ya tetep diawasi sm yg empunga

    ReplyDelete
  11. secara bangunan memang yg ini lebih megah tapi tetep aja jualan di parkiran

    ReplyDelete
  12. dari bandara ke pantai kuta berapa jam? sayang sekali ga ke batu payung. kalau ngliat gambarnya di google unik banget

    ReplyDelete
  13. sekitar 1 jam (atau malah kurang), dekat dan jalannya lancar.

    ReplyDelete
  14. Highly descriptive blog, I liked that a lot. Will there be a part
    2?

    ReplyDelete
  15. already, until part 3 :)
    thank you for your appreciation.

    ReplyDelete
  16. bandara-kuta ga mungkin 1 jam kalo ga nyasar. Iya nih..cantik banget batu payung.

    ReplyDelete
  17. makasih ya neng

    ReplyDelete
  18. Wah, so interesting place. Pngen k'sana. Penasaran dg yg cacing itu mksudnya, klo kita liat d' laut muncul gtu kita dpt k'berkhan gtu ya mba ? Ato gmn ? skali" foo mba dg tempat" yg d'kjungi dong, biar terpampang nyata bneran lg d'lombok. Like it :D

    ReplyDelete
  19. mitosnya begitu, kalo ke sana cari info supaya pas dg festival nyale bisa ikutan cari cacing dg penduduk lokal.

    foto diri ya? malu >,<

    ReplyDelete

Mengurus Perpanjangan SIM di Gerai SIM Mal Artha Gading Cuma 15 Menit

Mengurus Perpanjangan SIM di Gerai SIM Mal Artha Gading Cuma 15 Menit Bulan September ini masa berlaku SIM A & C saya habis. Itu artin...