Saat blogwalking dan menemukan artikel yang bermanfaat, maunya memberi komentar. Eh, sebelum komentar muncul harus memilih gambar untuk membuktikan “I’m not a robot”. Kali ini disuruh memilih gambar kaktus. Saya jadi cekikikan sendiri saat nge-klik tiga gambar kaktus yang mengingatkan kejadian konyol beberapa tahun lalu.
Di suatu pagi yang cerah saya dan teman-teman mengendarai motor ke Bukit Teletubbies. Kami menyebutnya demikian karena bentuknya mirip bukit di film anak Teletubbies. Di sana sudah ada teman-teman komunitas Maleo Paralayang yang sedang berlatih. Bukit ini tidaklah terlalu tinggi dan sekitarnya tidak banyak pepohonan sehingga cocok untuk siswa berlatih paralayang.
Seorang teman menyodorkan walkie-talkie dan berkata bahwa pelatih ingin berbicara dengan saya. Pak pelatih berbicara dari atas bukit sedangkan saya di tempat landing. Beliau menantang saya untuk take-off dari atas Bukit Teletubbies. Ritme jantung saya jadi tak karuan. Selama ini hanya jadi tim hore-hore bila ada tamu yang hendak mencoba paralayang. Pengalaman terbang pertama tandem dengan pilot sudah setahun yang lalu di Wayu, Sulteng. Memang sih kemarin sempat diajari cara mengenali tali parasut A-B-C-D, membuka parasut, mengendalikan parasut, dan mendarat yang benar. Tapi…tiba-tiba ditantang terbang solo? Baiklah saya coba!
[caption id="attachment_1178" align="aligncenter" width="367"] sumringah sebelum take off[/caption]
Dibonceng dengan motor, saya naik ke bukit. Pemandangannya menyejukkan mata. Dari atas terlihat ladang jagung di sebelah kiri, semak-semak di bagian kanan, dan teman-teman yang memberikan semangat dari bawah. Untuk mengurangi ketegangan, saya foto-foto dulu. Antara cemas dan penasaran ingin mencoba. Bondo nekat aja lah. Terlalu lama dipikir malah tidak jadi.
Harness, helm, dan parasut sudah terpasang. Tibalah giliran saya berdiri di tempat take off. Pak pelatih memberikan arahan singkat dan meyakinkan saya pasti bisa. Kawan di tempat mendarat akan mengarahkan melalui walkie-talkie yang sudah tergantung di badan saya. Bila menemui kesulitan, saya diminta menggoyangkan kaki ke kanan dan kiri. Bismillah…wusss dalam sekejap saya sudah membumbung di udara. Suasananya begitu tenang melihat alam yang hijau terbentang. Masih menikmati pemandangan, saya mendengar suara dari walkie-talkie. Suara yang memberikan instruksi tidak jelas. Duh, ternyata baterainya lowbatt. Saya pun menggoyangkan kaki berulang-ulang sambil berteriak “Tidak dengar!”. Saya melihat ke arah teman-teman di bawah. Mungkin kalau di-zoom wajah mereka pucat pasi. Pemandu mengarahkan saya melalui gerak tubuh untuk mendarat di dekatnya. “Kanan..kanan..”, teriak mereka. Saya menarik tali kanan dan parasut pun berbelok. Namun belokannya terlalu kencang sehingga saya melewati tempat yang seharusnya. Saya pun masih melaju di udara kemudian…
[caption id="attachment_1167" align="aligncenter" width="491"] Terbang...[/caption]
Jujur saya tidak tahu apa yang terjadi. Apakah tangan saya reflek menarik kedua tali sehingga mengerem mendadak kemudian jatuh atau bagaimana. Saya terbangun dalam keadaan telentang di tanah dan kaki tersangkut tali parasut di semak-semak. Saya berteriak minta tolong dan berharap teman-teman yang entah ada di bagian mana bisa mendengar. Haikal, bocah belasan tahun yang sudah lulus tes paralayang, menyelamatkan saya. Dia bantu saya berdiri kemudian melepas carabiner dan perlengkapan lainnya. Imhe yang telah memandu saya datang. Dia melihat kaki saya tertusuk duri kaktus dan mencabutnya segera. Saya pun tersadar sedang berada di antara pohon kaktus. Oh God, jadi ini rasanya tertusuk duri. Saya pikir kaktus itu tanaman imut yang dipajang di rumah ternyata ada spesies yang besar dan baru saja saya tabrak.
[caption id="attachment_1168" align="aligncenter" width="511"] Tim penyemangat - Saya diguyur setelah pertama kali solo flight[/caption]
Malu rasanya saat kembali ke tempat landing (yang seharusnya). Alhamdulillah badan saya baik-baik saja. Kalau dipikir, kejadian barusan sangat konyol. Saking asyiknya menikmati pemandangan dari atas, saya lupa cara mengendalikan parasut. Saat video selama penerbangan singkat saya diputar, kami tertawa bersama. Yah, buat pengalaman dan cerita untuk anak cucu. Biar bodor gini, saya pernah terbang sendiri lho.
===
Ditulis untuk One Day One Post Challenge day 11 oleh Fun Blogging
kereeeen, mau doonk nyoba terbang sendiri gituuuu :D
ReplyDeleteBoleh..tapi belajar yg bener dulu, jangan seperti saya. Heheh
ReplyDeleteItu tidak memalukan kok Jamak dalam latihan terjun yang nyasar Teman sayanjuga begituuuuu
ReplyDeleteSalam hangat dari Jombang
Wah saya banyak temannya dong. Heheh..
ReplyDeleteDuh nyangsang di kaktus, kebayang perihnya.
ReplyDeleteMirip dengan itu, aku pernah nyoba parasailing, serem juga. Bisa jadi cerita horor nih utk post ODOP hari Sabtu :)
lho kok jadi horor, hihi..
ReplyDeleteaku malah belum pernah coba parasailing, takut kecebur
Sakit bu...
ReplyDeleteHelen keren!!! Berani!
ReplyDeleteAku pas mau landing, masnya (aku lupa namanya) bilang,"mbak, emm sptinya kita landingnya di semak2."
Aku santay aja. G ngeh yg dimaksud semak2 itu bisa jadi kumpulan pohon kaktus, kebon singkong, atau entah pepohonan apa yg dibawah sana.
Tp, luckily mendarat jg di lapangan.
Legaaa
Hahah..mas siapa itu? Ada di foto kah? Biasanya yg tandem acho atau imhe.
ReplyDeleteBondo nekat wae, heheh
Mas imhe pas itu lg di manado.
ReplyDeleteMas acho mgkn ya.
Tp nagih euyyy len
Heheh iya nagih. Di jogja bisa juga kan
ReplyDeletekeren banget mbak, kalau saya udah merinding disco duluan hehee*takut ketinggian :D
ReplyDeleteAku lagi nyari klub parasailing gini nih.. Mau donk infonya, dimana adanya? Kalau di Jakarta dimana ya?
ReplyDeleteaku takut ketinggian kak padahal pasti pemandangannya bagus dari atas ya kak
ReplyDeleteEnak lho waktu di atas..bisa foto2 juga kalau tandem dg pilot
ReplyDeleteKalau parasailing cari yg dekat pantai mba. Yg ini paragliding. Paling dekat ada di daerah puncak, Bogor
ReplyDeleteIya...bagus banget pemandangannya
ReplyDeletepengenn banget nih kaya gini, seru bisa ngerasain terbang dilangit wkwkwk, cuma belum siap mental, aku pelupaan gitu nanti lupa apa yg diajarin cara"buat landing bisa gawat :D :D :D
ReplyDeleteTerbang dengan pilot aja, kita bisa foto2
ReplyDeleteMbak kalo saya tetep minta ditemenin. Saya gak berani terbang sendirian
ReplyDeleteiya..sama pilot aja heheh
ReplyDeleteya ampun, Mbak. Kalau saya kayaknya udah mengkeret duluan hihihi
ReplyDeleteCoba dulu mbak..asik loh, hehe
ReplyDeleteHoalahhhhh mba, untung gapapa ya. Thank God. Aku kok jadi serem. Krn yang aku pernah denger, beberapa orang landing dengan cara yang salah bisa bermasalah di kakinya bahkan bisa patah. Even berduri, tapi kaktusnya menyelamatkan ya hihihihi. Aku suka kaktus yang kecil - kecil, sekarang modelnya cantik - cantik. Aku baru beli dua pohon kaktus mungil untuk properti foto *pamer *gak penting hahahhaha.
ReplyDeleteHeheh..ya aku pikir kaktus itu kecil mungil cantik buat hiasan. Ternyata ada yg gede dengan duri tajam :p
ReplyDeleteitu sempet pingsan gitu mbak? duh, lagian kenapa dibolehin sama petugasnya terbang sendirian? :( seru sih, tapi....
ReplyDeleteHeheh ga apa-apa kok. Sebelumnya juga sudah latihan tapi tiba-tiba nge-blank aja waktu di atas. Pelatih juga ga bakal beri ijin kalau cuma modal nekat
ReplyDeleteooo ya ya, kirain dibolehin tanpa latihan. Meskipun jatuh, tetep aja itu pengalaman yang menyenangkan :D
ReplyDeletewahhh seruuu....aku mau dong diajari terbang2 begitu...hehehe
ReplyDelete