H-1
Dua kaos aktivitas, satu kaos tidur, satu celana aktivitas, satu celana tidur, dua jilbab, dua kaos kaki, daleman, peralatan mandi, HP, adapter universal, powerbank, dan jajan. Semuanya masuk dalam carrier bag oranye seberat 7 kg. Paspor, tiket, uang, notebook kecil, dan kamera ku simpan di tas kamera berwarna senada.
Perjalanan yang telah ku rencanakan sejak tujuh bulan lalu akan terjadi esok. Itinerary yang ku susun hasil referensi sana-sini terlipat rapi beserta peta jalur MRT dan LRT. Namun ada satu yang mengganjal. Teman seperjalanan membatalkan keberangkatannya. Ada keraguan yang berputar di kepalaku. Ini pertama kalinya aku ke luar negeri. Beranikah aku pergi sendiri?
Ibu tentu akan melarang jika beliau tahu kenyataannya. Namun aku menenangkan dengan berkata bahwa di sana aku akan bertemu dengan teman-teman. Everything’s gonna be okay.
Aku menguatkan tekad dan memberanikan diri. Segala usaha yang kulakukan untuk menyiapkan liburan ini tak boleh berakhir sia-sia. Aku harus berangkat. Pokoke budhal!
[caption id="attachment_245" align="aligncenter" width="800"] Solo traveling, why not?[/caption]
Itulah pengalaman saya 5 tahun lalu ketika pertama kalinya bepergian ke luar Indonesia. Sebagai pemula, saya memilih mengunjungi Malaysia, Singapura, dan Thailand selatan selama seminggu. Tiga negara itu saya tempuh lewat jalur darat.
Alhamdulillah saya dapat mengatasi kebimbangan dan tetap berangkat. Pengalaman menjelajah tempat-tempat baru selama seminggu itu sungguh tak terlupakan. Saya mempelajari kebudayaan baru, bertemu kawan-kawan dari berbagai daerah (termasuk jalan bareng sesama pelancong dari Indonesia yang bertemu di sana).
Solo traveling ke negeri orang, bagi wanita mungkin banyak pertimbangan sebelum melakukannya. Tapi saya yakin negara tujuan tergolong aman dan sudah maju sehingga mudah untuk newbie seperti saya menikmati liburan di sana. Benar saja, alat transportasi umum mudah ditemukan dan menjangkau berbagai destinasi wisata yang menjadi incaran saya. Orang-orang di sana pun ramah, terutama di Hat Yai, Thailand. Tahu kan huruf Thai yang mirip aksara Jawa? I have no idea how to read it. Jadilah saya bermodal bahasa Inggris campur body language ketika menanyakan suatu tempat. Mereka pun membalas dengan hal yang sama. Somehow percakapan kami nyambung. Hahaha, pasang senyum lebar aja kalau bingung ngomong apa.
[caption id="attachment_219" align="aligncenter" width="640"] Ketemu sesama backpacker dari Indonesia[/caption]
Berlibur sendirian tidak membuat saya bosan. Saya memiliki banyak waktu untuk menikmati suatu tempat, berkontemplasi, dan bersyukur dengan rezeki dari Allah. Seminggu full untuk me-time. What a blessing moment!
Saya juga tidak kesepian dan menyadari pertolongan Allah begitu dekat. Di hari pertama kedatangan di KL Sentral, saya ingin mencoba naik LRT. Sebelum membeli tiket, saya melihat-lihat cara pakai mesin yang berjejer di pintu masuk. Kebetulan orang di dekat saya adalah orang Indonesia yang berlibur sekeluarga. Kami pun naik LRT bersama dan berjalan-jalan di sekitar Masjid India, Kuala Lumpur. Baru saja kenal, saya sudah dibelikan makanan. Ketika saya mencari tiket bus dari KL ke Hat Yai, mbak penjual tiket memberi diskon 5 ringgit. Alhamdulillah J
Perjalanan saya tidak selamanya mulus. Kemampuan visual spasial saya bisa dibilang kurang tetapi saya tutupi dengan kenekadan. Sehingga ketika nyasar, terus berusaha bertanya ke penduduk lokal, cari jalan, atau ubah tujuan. Kala itu saya tidak menggunakan Google Maps. Gaptek! Jaringan internet juga terbatas. Syukurlah saya bisa kembali pulang dengan selamat.
Liburan yang saya sebut “Mayday Project” benar-benar mengubah hidup saya. Dunia itu luas dengan beragam warna sehingga menarik untuk dijelajahi. Saya tak mau menjadi katak dalam tempurung yang hanya berdiam diri di satu tempat. Berpetualang, mendatangi tempat baru, dan berinteraksi dengan penduduk lokal mengajarkan saya untuk open-minded. Di sana saya menemukan a world without stranger because traveling turns stranger into friend.
Day by day of Mayday Project bisa dibaca di Mayday Project.
keren bgt jalan sendiri ke negeri orang, kalau saya belum tentu pede hahaha... bener setuju bgt traveling ngajarin kita u open minded, dan nambah wawasan ya mbak..
ReplyDeleteKalo aku malah solo traveling pas udah merid, Helen. Wakti belum merid, aku belum kerja dan pengahsilan freelance dipakai untuk biaya kuliah. #curhatnih
ReplyDeleteZaman dulu nyalinya masih gede. Heheh
ReplyDeleteNah ini yang belum kesampaian. Nunggu anakku gede dan bisa ditinggal, nanti aku jalan-jalan lagi. #ngarep
ReplyDeleteEh kerennya kuliah atas biaya sendiri. Kuliah kedokteran kan biayanya gede. Salut!
Aku belum pernah solo trip
ReplyDeletekalau ke luar negeri, mba
Mau nyoba ah skali skali.:)
Hihi... Sekarang udah bisa pakai gugel map blm?
ReplyDeleteAjaran saya dong. Saya juga gak mudeng pakainya. Mending tanya2 orang hahaha
diriku masih seputaran bandung aja mba. tunggu anak2 gedean dulu, baru deh traveling rame2 ke luar kota. skrg sabar dl aja liat postingan dirimu mba, ngehehe
ReplyDeleteWah, gak takut mbak sendirian? Keren ih bisa jjl ke luar Negeri.
ReplyDeleteSolo trip itu emang memacu adrenalin banget. Deg2an tapi seru. Tapi enaknya, kita bisa tentuin mau kemana aja tanpa ribet mikirin orang lain.
ReplyDeletePertama kali ke LN aku juga sendirian mba, kagok grogi tapi ternyata baek2 aja haha. Jadi pingin ngerasain solo traveling lagiiii.. hihi :D Pankapan traveling bareng yuk mba Len.. :D
ReplyDeleteAh Mbak, keren sekali, berani solo traveling ke luar negeri. Kata orang2, pergi sendiri itu jadi 'sarana' kita mengenal diri kita sendiri ya :)
ReplyDeleteAku yg rutin traveling aja, sampe skr blm prnh jalan sendiri mba, hahahaha takut. Slama ini slalu jln ama suami ato temen. Soalnya aku jg parah bgt soal arah. Jgnkan di luar jkt, lah tinggal 10 thn di jkt aja aku g apal2 jalannya :p.
ReplyDeleteTp sept bsk aku planning jalan sendiri sih. Tp sebenernya cm sehari, krn bsknya suami dtg :D. Gpp lah, mau dicoba sehari sanggub ato ga.. Itu jg cm ke palembang :D. Aku akuin, aku cemen soal jalan sendiri..
Kalo aku udah pasti ga boleh ama pak bojo jadi ya wes klo traveling boyongan sama anak bojo hehhehe....
ReplyDeleteTiba-tiba saya membayangkan jalan2 sendiri, hem...kan bisa tuh saya manfaatkan usia tua saya untuk "dikasihani" tidak diganggu atau paling tidak mendapatkan bantuan. Hihihi...curang yah
ReplyDeleteAnewaee..beteweee kereen bisa jalan-jalan sendiri
[…] traveling sendirian beberapa tahun lalu benar-benar mengubah hidup saya. Sejak itu, saya lebih percaya diri melakukan solo traveling. Bahkan bepergian sendiri terasa […]
ReplyDelete